
Sebagai kawasan gunung api aktif, tentu kawasan yang dikenal dengan sebutan negeri di atas awan ini menyimpan potensi bencana yang berhubungan dengan aktivitas vulkanik dan geologi. Pertama kali tercatat letusan terjadi pada tahun 1450 di kawah Pakuwaja yang mengeluarkan material berupa abu dan pasir.

Telaga Warna Dieng
Karakteristik letusan yang terjadi di sejumlah kawah Dieng didominasi oleh letusan freatik dan semburan gas (terutama CO2). Letusan freatik ini terbagi dalam dua kategori, yaitu letusan tanpa precursor (tanda-tanda) dan letusan yang didahului oleh gempa bumi atau munculnya rekahan di permukaan tanah tanpa adanya indikasi panas bumi di dalamnya.
Dari beberapa kali aktivitas vulkanik yang tertacat, setidaknya di kawasan Dataran Tinggi Dieng pernah terjadi letusan yang dahsyat, diantaranya adalah tahun 1826 terjadi letusan di Kawah Butak yang melenyapkan Desa Jampang dengan korban meninggal 38 orang. Letusan lain yang juga menyebabkan kerusakan cukup parah terjadi pada tahun 1939, yakni letusan pada Kawah Batur yang menelan korban jiwa 10 orang dan mengakibatkan 5 hektare tanah hancur.
Jejak bencana kegunungapian Dieng telah mengguratkan catatan sejarah yang tak pernah terlupakan, menelan korban jiwa hingga ratusan orang. Pada tanggal 4 Desember 1944 Kawah Sileri terbangun dari tidurnya. Terjadi gempa bumi dan letusan yang mengakibatkan 59 orang meninggal, 55 orang hilang (dinyatakan meninggal), dan 38 orang luka-luka.
Satu tragedi lagi yang sangat tragis, terjadi pada tanggal 20 Februari 1979. Di puncak keheningan malam, warga dikejutkan oleh serangkaian gempa bumi yang terjadi pada pukul 01.55. Udara dini hari terasa sangat panas, bau belerang yang menyesak, dan dari arah Kawah Sinila terdengan beberapa kali dentuman dahsyat. Warga belari berhamburan, tak tahu kemana dan harus berbuat apa. Di sekitar SD Inpres muncul rekahan tanah yang terhubung ke Kawah Timbang, kawah yang mengeluarkan CO2 sangat tinggi. Warga yang berlari ke arah barat terjebak dalam udara beracun di sekitar SD Inpres dengan konsentrasi CO2 sangat tinggi. 149 orang dinyatakan meninggal dalam tragedy itu.
Data Aktivitas Vulkanik Di Dataran Tinggi Dieng
Nama Kawah | Aktivitas | Keterangan |
1450, Pakuwaja | Letusan | Abu, pasir |
1825, Pakuwaja | Letusan | Abu, pasir, 38 meninggal |
1826, Butak | Letusan | Desa Jampang lenyap, 38 meninggal |
1883, Sikidang, Sibanteng | Peningkatan aktivitas | Semburan lumpur kawah |
1884, Sikidang | Letusan | Lumpur |
1895, Siglagah | Pembentukan celah | Uap belerang |
1928, Batur | Letusan | Lumpur dan batu |
1939, Batur | Letusan | 5 hektare lahan rusak, 10 orang meninggal |
1944, Sileri | Gempa bumi dan letusan | 114 meninggal, 38 luka-luka |
1964, Sileri | Letusan | Lumpur |
1965, Candradimuka, Telaga Drigo | Hembusan fumarola | Uap air dominan |
1979, Sinila | Gempa bumi, letusan, hembusan gas beracun | Gas CO2, 149 meninggal |
1990, Kawah Dieng Kulon | Letusan freatik | Lumpur |
2003, Sileri | Letusan freatik | Lumpur |
2009, Sibanteng | Letusan freatik | Lumpur |
2011, Timbang | Peningkatan aktivitas | Gas CO2 |
2013, Timbang | Peningkatan aktivitas | Gas CO2 |
Daftar bacaan :
Priatna, dkk. 2014. Pesona Bumi Dieng. Bandung: Badan Geologi.
Priatna. 2015. Gejolak Dieng. Bandung: Badan Geologi.
Priatna. 2015. Gejolak Dieng. Bandung: Badan Geologi.
Lihat artikel lain tentang Sejarah Dieng dan Proses Terbentuknya Gunung Dieng, klik Paket Wisata Dieng jika ingin berkunjung ke Dieng.
0 comments: